Oleh : Edi Arsadad

” Saya juga wartawan, ini 4 media yang saya pegang, saya juga anggota LSM ***, ” pernyataan ini dilontarkan oleh orang yang mengaku wartawan tapi juga mengaku anggota LSM ketika kebetulan bertemu sembari ngopi, disebuah tempat wisata Danau.

Namun, anehnya ketika saya membuka satu persatu link nama media yang tertulis di Kartu Tanda Anggota (KTA) yang disodorkan, saya tidak menemukan tulisan atau karya jurnalistik dari yang bersangkutan.

Saya juga coba menelusuri nama LSM yang disebut, lalu saya ketik di google. Saya juga tidak menemukan adanya aktivitas yang dilakukan oleh LSM tersebut. Bahkan nyaris tidak ada kegiatan ataupun  berita  sama sekali yang dilakukan oleh LSM yang disebutnya.

Baca juga: Edi Arsadad: Penembakan Warga Batu Badak Lampung Timur oleh Polisi Sangat Brutal

Saya hanya tersenyum, lalu saya tanya ” apa enggak pusing pegang empat media sekaligus, dan juga anggota LSM. Berapa berita yang ditarget sama redaksi satu harinya ? ” Tanya saya.

Sang pengaku Wartawan menjawab ” kita buat berita kalau ada tagihan atau ADV aja, nunggu rillis dari mereka” timpalnya.

Senyumku jadi kecut mendengar jawaban itu, lalu saya berfikir “Semudah itukah jadi wartawan” ?….

Baca juga: Pengurus Wilayah IWO Lampung 2023-2028 Dapat Nasehat dari Dang Ike

Seandainya tidak ada ADV bagaimana?, darimana ongkos jalan. Apakah dijamin sama pihak perusahaan media ?. Tanyaku

Karena saya sempat berfikir, kalau dapat tunjangan dari perusahaan media 500 ribu lumayan juga pegang 4 media. Berarti perbulan bisa dapat 2 juta rupiah tunjangannya.

” Enggak, malah kami diminta setor ke redaksi ya kadang 100 – 200 ribu,” ujarnya.

“Lalu dari mana kalian dapat uang buat setoran itu ?”  kejarku penasaran.

Baca juga: Ketua IWO Lampung: Sampaikan Suara Rakyat Agar Didengar Oleh Pemangku Kebijakan

” Kami turun cari kasus, ke Dinas, Kades atau sekolah” timpalnya.

“Waduh gak bahaya tah ? ” Sindirku sambil tertawa.

” Kita pakai kata Diduga, biar enggak dibilang fitnah. Nanti rillis kita kirim dulu ke yang bersangkutan, kalau mau enggak diterbitin atau laporin kita minta uang sama dia” terangnya.

” Oohh begitu” angguk ku, mulai paham modus yang dipakai para wartawan gadungan ini untuk mencari uang.

Usai pertemuan dengan orang yang mengaku sebagai wartawan dengan empat ID Card plus satu ID Card LSM itu pikiran saya terus berkecamuk.

Baca juga: KontraS Desak Kapolda Maluku Usut Penganiayaan Wartawan oleh Anggota TNI AL

Pikiranku terus bertanya – tanya, ” jangan- jangan semua orang akan beranggapan bahwa semua wartawan pekerjaannya seperti orang itu tadi.

Ada rasa malu pada diri saya menjadi seorang wartawan, dengan berprasangka serendah itukah semua orang menganggap pekerjaan /profesi wartawan.

Sampai dirumah saya mandi, lalu Shalat Magrib, dalam benak masih membayang kegalauan hati.

Ada suara lirih membisik didalam sanubari “kamu hanya perlu menulis, setelahnya urusan_Ku “